Gue juga bingung, dulu nyokap waktu ngandung gue ngidamnya apaan ya? Kok, gue bisa sependek ini. “Dulu, Mama ngidamnya kunyah tutup botol kecap, yang terbuat dari kedelai pilihan, dibesarkan seperti anak sendiri. Makanya, kamu pendek dan hitam,” kata nyokap gue dengan percaya dirinya. (Bisa lo tengok di halaman 18) Sempat juga mikirin buat datang ke dukun. Kalau diliat-liat, sepak terjang dukun di Indonesia gak boleh dipandang sebelah mata. Kebanyakan dukun di Indonesia bisa santet orang dengan kirim jarum, paku, genteng, semen, dan beton ke tubuh manusia. Sampai gue mikir, itu dukun apa tukang material? (Ada nih, ceritanya di halaman 87) *** Kenapa judulnya Bonsai Boy? Menurut gue bonsai itu tanaman pendek, tapi harganya mahal. Dari bonsai gue sadar sesuatu, kalau seseorang yang pendek juga bisa sangat berharga, tergantung bagaimana kita menyikapi hal yang ada di sekitar. *** “Komedi terbaik datang dari keresahan, dan keresahan yang jujur akan membuat tutur cerita mengalir dengan nyaman. Rio menggunakan keresahannya untuk menertawakan diri sendiri dan dalam prosesnya, mampu membuat kita tertawa bersama.” Ernest Prakasa – Komedian “Ntaps!” Edho Zell – Youtuber “Membaca buku ini, seperti membaca cerita hidupku juga! Percaya, bahwa Tuhan tahu yang terbaik! Siapa tahu kalau kita tinggi, kita gak kayak sekarang! Suka banget sama ceritanya yang terlihat jujur. Semoga buku ini bisa menyadarkan anak-anak yang suka bully di luar sana, hanya karena fisik. Jangan takut berbeda, justru takut kalau kita terlihat sama.” Prilly Latuconsina – Artis Sinetron & Film “Abis gue baca ini, gue berpikir, bahwa dari sebuah diskriminasi bisa jadi inspirasi, ha... ha... ha..., bagus dibaca buat lo semua yang merasakan hal yang Rio alami, jadi intinya sih, “You can be a star in your own way”. “GOOD JOB, DUDE!” Umay Shahab – Artis Sinetron