“La Galigo adalah karya sastra terpanjang dan terbesar di dunia yang setara dengan kitab Mahabharata dan Ramayana dari India serta sajak-sajak Homerus dari Yunani,” ungkap R.A. Kern. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, sejarawan dan ilmuwan Belanda, Sirtjof Koolhof, menyebutnya sebagai karya sastra terpanjang di dunia, yang terdiri atas 300.000 baris, mengalahkan Mahabharata dan yang lain. Nah, novel di tangan Anda ini adalah pemiksian yang sangat menarik dari karya legendaris tersebut. Diceritakan bahwa dahulu kala, Kerajaan Bumi hanyalah tanah kosong yang benar-benar tak berpenghuni. Lalu, sang Dewata (sang Pototoqe) segera memutuskan bahwa kerajaan tersebut tidak bisa dibiarkan terlalu lama kosong. Manusia harus diturunkan untuk menyuburkannya dan tentu saja menyembah-Nya! Maka, dipilihlah sang putra sulung-Nya untuk menjadi manusia pertama yang menghuni Bumi. Dialah yang kemudian menjelma menjadi Batara Guru. Tidaklah mudah menjadi penguasa di Bumi, meski sang manusia titisan Dewata tersebut bisa saja meminta bantuan Langit untuk mempermudah tugasnya. Tapi, sang Dewata mengharuskannya untuk berusaha sebelum pasrah. Di sinilah, ujian-ujian kehidupan mulai menerpanya. Dia dipaksa untuk melewati berbagai rintangan hingga sampailah dia pada titik di mana sang Dewata mengizinkan Batara Guru memiliki pendamping hidup. Lantas, bagaimana kehidupannya kemudian? Tentu saja, sepak terjang hebat keturunan-keturunannya, semisal Sawerigading, bakal mewarnai dengan sangat menghibur karya besar ini. Bahkan, petualangan cucu Batara Guru inilah yang nantinya sering menjadi sorotan istimewa dari para penikmat La Galigo. Selamat membaca!