Perum Peruri membeli tiga unit mesin pencetak uang kertas dari Swiss pada 2005 dan 2006. Investasi itu kini dipersoalkan. Harga mesin baru itu banderolnya dua kali lipat mesin sejenis buatan Jepang. Selisih uang yang harus dibayar mencapai Rp 187,5 miliar! Gara-gara Peruri “royal”, ongkos produksi setiap lembar rupiah jadi mahal. Bank Indonesia pun meradang.