Lahir dan besar di lingkungan penjudi membuat Inem akrab dengan kartu-kartu. Hingga menikah dan dikaruniai anak, ia tak lepas dari perbuatan itu. Begitu pun anak-anaknya. Judi yang telah mendarah daging, kemiskinan, hingga utang pada rentenir adalah makanan sehari-hari. Bangun tidur untuk bekerja, pulang sore, lalu menghabiskan upah di meja judi… tiada perbaikan nasib bagi Inem. Hingga, kedatangan beberapa santri memberi sepercik air dalam hati kering Inem. Perlahan, pergolakan batin terasa di dada wanita tua itu. Hidayah adalah rahasia Ilahi. Namun, manusia tetaplah harus mengupayakan dan menjemputnya, meski sulit dan hampir mustahil. Mampukah Inem meraihnya?