Psikologi

Pencegahan Cyberbullying Berbasis Pemanfaatan Online Resilience dan Karakter Remaja

Cyberbullying merupakan salah satu dampak negatif dari penggunaan teknologi informasi, khususnya media sosial. Ketersediaan dan penggunaan platform media sosial yang meluas telah memberikan para pelaku perundungan sebuah platform baru untuk menjalankan perilaku merusak mereka. Bahaya cyberbullying tidak jauh berbeda dengan merokok, konsumsi alkohol, ide bunuh diri bahkan percobaan bunuh diri (Wiguna dkk., 2018; van Geel, Vedder, & Tanilon, 2014). Penanganan yang lambat dapat mengakibatkan remaja melakukan bunuh diri (Barzilay dkk., 2017; Hinduja & Patchin, 2018). Kebanyakan korban cyberbullying menderita kecemasan, depresi, dan harga diri rendah. Dampak cyberbullying bisa sangat parah dan berlangsung lama. Korban cyberbullying juga berdampak pada hubungan dengan masyarakat secara keseluruhan. Korban merasa ketakutan berada di tengah masyarakat sehingga muncul ketidakpercayaan atau erosi wacana sipil dan rusaknya pranata sosial (Hinduja & Patchin, 2018). Online resilience merupakan kemampuan untuk menghadapi pengalaman negatif dalam aktivitas online. Remaja yang resilien mampu mengatasi situasi yang merugikan dengan cara-cara yang terfokus pada masalah (problem focused), serta mampu mentransfer emosi negatif menjadi positif, atau menetralkannya (Haenens, et al. 2013). Resiliensi online adalah sebuah konsep tentang bagaimana individu mampu bertahan dalam menghadapi situasi sulit, berbahaya dan berisiko dalam dunia online. Buku ini menggali dampak cyberbullying pada remaja di era digital dan mengedepankan online resiliensi serta karakter positif seperti empati, rasa hormat, dan toleransi sebagai cara pencegahan. Memberikan panduan relevan bagi mahasiswa untuk perkembangan karakter dan resiliensi dalam kehidupan mereka.

Untuk membaca, silahkan unduh aplikasi di bawah ini: