Impian sukses, lalu kaya, mengendon di kepala semua kita. Persoalannya, tak banyak dari kita yang mampu mengeksekusi impiannya. Lalu kendala-kendala disenaraikan sebagai biang kerok ketidakmungkinan eksekusinya. Padahal, aslinya, kendala-kendala itu ya dia sendirilah yang menciptakannya. Salah satunya ialah kendala modal. Tiadanya modal disebutkan sebagai kendala terbesarnya. Tad ada modal digelegarkan sebagai penyebab kegagalannya. Padahal, ia belum mulai juga, belum berbisnis, belum kemana-mana. Ia bangkrut sebelum mulai, bahkan. Kan geli... Lagi-lagi, aslinya, ya dia sendiri yang menjadikan perkara modal itu sebagai penghalangnya. Manfaatkan dengkul, dong. Jika dengkul sendiri tak cukup, pakai dengkul orang. Ada banyak sekali dengkul orang di sekitar kita yang bisa kita pakai untuk berbisnis tanpa biaya. ASAL: Anda memang telah punya “kesiapan rohani” untuk membuka, meraih, dan memanfaatkan dengkul-dengkul orang itu. ASAL: Anda emang telah siap untuk sukses, lalu kaya. Jadi yang paling utama, bukanlah tentang ketersediaan modal, melainkan kesiapan rohani saja. Orang sekuler menyebutnya “integritas personal”. Tiru saya dong: bisa maka dengkul-dengkul orang sesukanya! Bhaaa... * Gaya tutur yang saya pilih dalam buku ini sepenuhnya suksa-suka. Ceplas-ceplos. Juka banyak kisah nyata. Apa adanya. Maaf, ya, kalau ada bagian yang menyinggung. Eh, tapi, katanya au sukses dan kaya, lha kok masih tersinggungan...