Patok perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan berpindah-pindah setiap tahun. Pelakunya para pencuri kayu dan penduduk setempat. Alhasil, isi hutan kita kerap terangkut ke negara jiran tanpa cukai yang semestinya. Toh, penduduk umumnya merasa sah saja melakukan hal itu karena menganggap tanah yang mereka diami sebagai wilayah adat. "Rebutan rezeki" bukan satu-satunya fenomena khas di perbatasan. Ada kemelaratan, kesenjangan sosial, ekonomi, dan pendidikan, dengan yang makmur dan bersinar di "pagar sebelah". Wartawan TEMPO Darmawan Sepriyossa mengunjungi perbatasan Negara Bagian Serawak beberapa waktu lalu, dan menuliskan hasil kunjungannya. Kontributor TEMPO di Kalimantan Utara, Harry Daya, melengkapi laporan ini, sebelum dituliskan kembali oleh Yusi A. Pareanom dan Raihul Fadjri.