Mengapa mantiq amat penting untuk dipelajari? Ialah karena fngsinya sebagai ilmu alat. Ketika ‘ilmu alat’ disebut, umumnya orang yang belajar ilmu-ilmu keislaman hari ini cenderung akan mengasosiasikananya dengan gramatika bahasa Arab, yakni nahwu (sintaksis) dan sharf (morfologi). Namun, khazanah klasik Islam menyebut mantiq sebagai ilmu alat juga. “Waba’du fal-manthiqu lil-janani # nisabatuhu kan-nahwi lil-lisani”, demikian tulis Al-Akhdhari (w. 1575) dalam nazam As-Sullam al-Munawraq. “Mantiq bagi pikiran ialah seperti nahwu bagi bahasa.” Lbih tegas lagi, di salah satu karyanya yang menjadi kitab babon dalam ushul fiqh, al-Mustashfa, al-Ghazali menyampaikan, “Man la yahithu bih fala tsiqata bi’ulumihi ashlan”. “Siapa tak menguasai mantiq, ilmunya tidak dipercaya.” Buku ini menghimpun catatan dari kajian terhadap Mi’yarul-‘Ilmi fil-Mathiq karya al-Ghazali dan ditambah dengan bacaan-bacaan lain untuk memperkaya. Sabagimana tampak nanti setelah membaca buku ini, peran vital mantiq bahkan bukan saja terbatas pada fungsinya sebagai ilmu alat, melainknan juga pemberi dasar rasional bagi dictum-diktum akidah.