… Ketertarikan itu disimpannya saja. Ia tahu kapasitas dirinya, masih jauh di bawah bayang-bayang intelektualitas Rosa. Namun, siapa sangka, hari ini si cantik intelek itu terus terang menyatakan menyukainya. “Mancari suluh tasipak handayang,” ujar pepatah Banjar untuk menyatakan sebuah keberuntungan yang tak terduga. Pemuda udik mencintai gadis modern yang menghuni kota besar di jantung Eropa, ibarat pungguk merindukan bulan. Kali ini pepatah Melayu yang terkenal itu harus tenggelam ke dasar Sungai Martapura. Lana adalah pungguk yang beruntung sebab dirindukan bulan. Namun, ia masih belum benar-benar yakin, apakah “bulan” yang satu ini serius atau sedang bercanda? “Sedikit sekali informasi sejarah dan budaya Banjar yang dirangkai menjadi sebuah cerita. Novel ini berguna menambah perbendaharaan informasi itu.” ~~Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Noor, M.S., dosen dan peneliti. “Kekayaan budaya Nusantara, bahkan perpaduan budaya barat dan timur, diaktualisasikan dalam buku ini. Terima kasih pada penulis yang telah mempersembahkan karyanya untuk banua.” ~~Dr. Ir. H. Ariadi Noor, M.Si., Ketua BAPPEDA Provkalsel. “Membaca novel ini membuat saya rindu mengenang masa lalu, ketika bertugas di Martapura. Pasar terapung, getek, pahumaan, madihin, mamanda adalah kenangan yang tak terlupakan, asyiiik dan lucu.” ~~ Dheo P. Harjanto, A.Md., karyawan swasta, tinggal di Malang.