Seni

Berteater

Buku sederhana ini diibaratkan sebatas satu celah kecil untuk memahami seluk-beluk teater atau drama yang begitu luas. Penulis bukanlah pemain ulung. Penulis sebatas mengais paparan-paparan sederhana. Berangkat dari kesederhanaan ini justru menerbitkan riuh-rendah masalah-masalah vital yang terkait dengan kebutuhan kita.Coba, pahami pernyataan ringan berikut ini! ”Anda ingin awet muda? Mainlah drama! Anda minat menguasai keadaan? Belajarlah seni bicara! Lantas, apa maksudnya . . . ? Tanpa kepura-puraan, di balik pernyataan itu muncul kecerdikan kita akan kebutuhan peran. Kita dituntut pintar mencipta peran. Para teoretikus menuliskan bahwa acting menjadi tumpuan utama demi peran. Demi peran juga, buku ini pun berawal dari pengantar ringkas tentang bentangan peta teater tradisional hingga modern di Indonesia. Akan tetapi, jangan heran jika peran buku ini masih sebatas satu noktah hitam dalam peta tersebut. Maksudnya, ada seberkas harapan bahwa kehadiran buku ini mampu memandu salah satu peran itu. Paparan dalam buku ini masih memiliki andil penting di tengah kehausan peran-peran buku tentang teater. Jadikan sebuah warna baru yang lain! Mengapa harus warna lain? Tanpa kepura-puraan pula, inilah warna itu. Penulisan buku tetap mengacu pada rujukan utama Tentang Bermain Drama karya W.S. Rendra (Pustaka Jaya, 1988), Drama: Naskah, Pementasan, dan Pengajarannya karya Herman J. Waluyo (UNS Press, 2006), dan Kumpulan Drama Remaja (editorA. Rumadi, Grasindo,1991). Tanpa kepura-puraan lagi, penulis tidak mengurangi rasa hormat kepada para penulis buku tersebut di atas. Nyatalah bahwa peran itu kini tercipta, penulis buku sederhana ini sebatas kompilator. Semoga kehadiran buku ini tetap bermanfaat.

Untuk membaca, silahkan unduh aplikasi di bawah ini: