“Setidaknya kamu harus berusaha, Sam. Berhentilah bercerita pada malam, pada angin, pada waktu, pada dinding, dan entah apalagi. Seperti yang kau tulis dalam sajak-sajakmu ...,” kataku menahan marah. “Sajak-sajak itu menjadi saksi bisu betapa tulusnya cinta ini pada Lara.” Suara Sam sarat dengan kesedihan. Dan ketika kutatap matanya, di sana aku temukan kesakitan yang tak kalah hebatnya. Lara memang cantik, anggun, dan memikat, sungguh ciptaan Tuhan yang sangat sempurna. Banyak wanita cantik di sekolah kami, tetapi tidak ada yang sememikat Lara. Tidak salah kalau Samuel jatuh cinta pada Lara, tapi haruskah Samuel menghabiskan semua waktunya hanya untuk menulis sajak-sajak seperti ini? Samuel tidak pernah meminta kepada Tuhan agar Lara menjadi miliknya. Samuel sadar betul siapa dirinya. Namun … Mampukah cinta Samuel yang luar biasa menyentuh relung hati Lara? Temukan jawabannya dalam kumpulan cerpen yang disajikan penulis dengan gaya bercerita yang penuh sentuhan khas ini sehingga mampu mengaduk- aduk emosi pembaca. Seperti halnya cerpen-cerpen lain yang sudah penulis tulis, tentunya tidak kalah menarik untuk dibaca