Teman, aku ingin bermain peran. Bermain gaya. Berbagi pengalaman. Peran ini unik untukku, entah untuk kamu. Asyik aku renungkan, entah untuk kamu. Aku punya teman baru. Ia pintar berbicara. Lancar bercerita. Wouw, ia jago bergaya. Apalagi ketika ia menyanyi. Sebelumnya, bersenandung. Kemudian, mengembuskan suara a a a a . . . . i i i i. . . . u u u u . . . . . e e e e. . . . o o o o . A I U E O O O O.Upf. . . ! Mulutnya itu, lo. Lucu. Mana ekspresi kalian, teman celetuknya. Hiiii . . . hi . . . hiiiii . . . Aku dan teman-temanku tertawa kecil. Ooooo! Jadi kalian ini pada malu-malu, ya! tegasnya lagi. Ketika itu kelas kami sedang praktik bermain peran. Guru kami membacakan teks. Kami bermain peran bersama-sama. Bergaya bersama-sama. Maklum, permainan kami baru sebatas menirukan pembacaan teks. Aku pikir asyik juga.