Bandar Lampung, pada akhir Januari 2004 “Emmy, ada telepon, tuh.” Ayuk, salah seorang kakak perempuanku, tiba-tiba memanggil. Pagi itu rencananya mau kunikmati dengan bermalas-malasan. Mumpung libur, selain karena sedang berpuasa Arafah. Lantas, siapa yang meneleponku pagi-pagi begini? Pada masa itu hanya ada telepon kabel. Aku tidak memiliki telepon genggam yang masih merupakan barang langka. “Dari siapa?” tanyaku keheranan. “Entah. Pokoknya dari cowok.” Haaa? Dari cowok? Siapa? Aku bergegas mengangkat telepon. “Halo, ini dengan Emmy?” sahut sebuah suara yang tak kukenali di seberang. “Iya, ini siapa?” “Satria ….” Mendadak jantungku seolah melompat keluar.