Novel

Adam & Aisyah

ADAM: “Jika memang niatmu dengan Aisyah untuk lebih dari sekadar berteman, saya tidak bisa memberi restu.” Aku paham, di mata Bapakmu, ya Aisyah, aku yang berasal dari keluarga sederhana ini, yang hanya tamatan SMA, juga dangkal ilmu agama, tidaklah sebanding dengan kau. Dengan rasa amarah yang mulai menguasaiku, aku menjawab, “Saya kira, saya akan diberi kesempatan untuk dapat lebih mengenalkan diri saya kepada Bapak dan Ibu. Tapi, jika memang niat baik saya harus dipatahkan secepat ini, saya terima.” “Saya…, mundur, Pak. Saya akan pergi dari hidup anak Bapak. Semoga kelak Aisyah akan menemukan imam yang sepadan untuknya.” Delapan bulan berlalu, aku mulai memperbaiki diri. Ucapan bapakmu menyadarkanku, untuk menjadi imam yang baik, aku harus berusaha. Usahaku mulai mapan dan hafalanku sudah 40 surah. Doakan aku kelak bisa melamarmu dengan hafalan surah Ar-Rahmanku. AISYAH: Kelemahanku; tidak pernah bisa menolak apa pun keinginan kedua orangtuaku. Sebab, bagiku, mereka pantas selalu kubahagiakan dengan cara selalu menuruti keinginan mereka. Dan, jangan pernah lupakan bahwa ridho Allah SWT ada pada ridho orangtua. Namun, rasanya kali ini berbeda. Rasanya, ini adalah pertama kalinya aku begitu berat mengiyakan keinginan Bapak dan Ibu. “Ya Rabb, apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar tidak bisa memilih di antara keduanya. Apakah aku harus memilih untuk mengejar cintaku ataukah memenuhi fatwa Bapak?”

Untuk membaca, silahkan unduh aplikasi di bawah ini: