“Hanya milik Allah al-Asmâ’ al-Husnâ, maka bermohonlah kepada-Nya dengan (al-Asmâ’ al-Husnâ itu)” (QS. al-A‘râf [7]: 180). Ayat di atas mengajak manusia untuk berdoa dengan menyebut al-Asmâ’ al-Husnâ yang tentu saja disesuaikan dengan kandungan permohonan. Misalnya, seseorang yang memohon rezeki, maka dianjurkan menyebut Allah dengan sifat ar-Razzâq (Pemberi Rezeki); atau jika yang dimohonkan adalah ampunan, maka sebutlah dengan sifat al-Ghafûr. Di dalam berdoa dengan nama-nama tersebut (al-Asmâ’ al-Husnâ) seseorang hendaknya menyadari dua hal pokok; pertama, kebesaran dan keagungan Allah, dan kedua, kelemahan diri serta kebutuhan kepada-Nya; di sinilah letak keberhasilan doa.