Potret budaya, sebenarnya dapat ditangkap oleh setiap pasang mata yang hadir dalam prosesnya. Merekam setiap gerak-gerik dalam setiap alur, instrumen, dan tanda-tanda yang disampaikan. Namun, batasan tentu saja tetap hadir dalam proses perekaman budaya tersebut, seperti batasan ingatan sang perekam atau batasan usia yang niscaya ada dalam setiap yang bernyawa. Melalui buku foto ini, setiap momen-momen budaya —dalam hal ini Saeyyang Pattuqduq— dicoba untuk direkam ke dalam sebuah media yang boleh dikatakan lebih mengabadi. Buku foto ini, bisa menjangkau lebih banyak pasang mata dan mentransformasikan rekaman-rekaman budaya tersebut. Rekaman budaya ini selanjutnya akan dapat diteruskan kepada generasi yang kemudian akan diteruskan lagi. Sehingga, menjadi sebuah medium alternatif lain dalam mewariskan dan melestarikan tradisi ini melalui rekaman visual. Harapannya, rekaman budaya ini akan diteruskan kepada setiap pasang mata yang mencoba untuk kembali memahami budaya. Lebih jauh, diharapkan bisa menjadi pemantik untuk kembali menilik budaya yang telah hadir dalam keseharian.