Pernahkah engkau merasakan kagum yang sangat kepada seseorang? Kagum yang tak pernah sanggup engkau ungkapkan, karena orang yang kau kagumi itu, justru pesaingmu sendiri? Ya, Trudy begitu terpesona kepada Margriet. Sang kakak itu, seperti diciptakan untuk sebuah kesempurnaan. Kecantikannya, kelembutannya, kecemerlangan hatinya, selalu membuat ia merasa menjadi sosok terburuk, terkasar, dan terjahat sedunia, saat bersanding dengannya. Dengan apa yang dimiliki, lelaki terhebat di dunia pun, mungkin akan bangga bersanding dengan Margriet. Tetapi, mengapa justru dengan sang kakak ia harus terlibat cinta segitiga? Ia sungguh tak sanggup melihat Fajar, lelaki yang ia cintai, sering dengan begitu mesra memanggil Sang Margriet dengan sebutan “My Avilla.” Nyata-nyatanya, Margriet ternyata lebih memilih lelaki bule mualaf, Phill. Lelaki tampan yang periang dan terpelajar, yang juga telah menyemaikan benih kasih-sayang di hati Margriet, sang istri. Namun, Trudy tahu, alunan cinta di jiwa Fajar, tak lekang karena pernikahan itu …. Bahkan, ketika akhirnya ia dan Fajar telah nyaris sejengkal memasuki gerbang pernikahan, mendadak ia menyadari, bahwa ia tak memiliki kelembutan jiwa setara Margriet, yang akan mampu dengan ikhlas menerima Fajar yang menjadi cacat itu apa adanya. Novel ini adalah drama cinta nan romantis. Tentu saja cinta yang memberikan lautan inspirasi. Namun, tentu saja tak sekadar jalinan cinta yang ditengahkan. Pencarian Phill dan Fajar akan Tuhan, telah membuat novel ini dengan sendirinya mengusung pencerahan. Phill yang sebelumnya non muslim, dan Fajar yang bersekolah teologi di Roma. Mereka, sama-sama menemukan cahaya. Sama-sama menemukan Tuhannya.
Di tengah hujan deras yang mengguyur Jakarta di bulan Desember, Trudy kembali pulang, kali ini untuk menghadiri pemakaman seseorang yang sangat ia cintai. Perjalanan pulangnya penuh dengan kenangan, rasa rindu, dan kepedihan. Dalam perjalanan, ia dijemput oleh Pak Budi, sopir setia keluarganya yang telah mengantarkannya sejak remaja. Kehadirannya mengingatkannya akan masa lalu, kehangatan, dan kepedulian yang selalu ia berikan. Buku ini adalah kumpulan cerita yang menggambarkan perjalanan hidup, pencarian, dan keputusan yang berat. Dalam setiap bab, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehidupan, hubungan manusia, dan keberadaan Tuhan dalam setiap langkah hidup. Dari kisah tiga remaja yang menghadapi tantangan, hingga perjalanan berliku yang mengarah pada keputusan penting, buku ini memberikan pesan mendalam tentang keberanian, cinta, dan keberlanjutan. Dengan gaya penulisan yang penuh empati dan penuh makna, *My Avilla* menjadi buku yang mengajak pembaca untuk berpikir, merasa, dan merenungkan kembali tentang arti hidup dan kehidupan. Ini bukan hanya kisah, tapi juga refleksi yang menyentuh hati.