Dua bekas tapak kaki di tanah samping rumah mereka yang belum berpaving itu membuat kakak beradik, Anto dan Daffa, keheranan. Dua bekas tapak yang sangat aneh, karena yang satu besar dan yang satunya lagi kecil. Ini bekas tapak kaki apa, kok, besar kecil begini? Bekas tapak kaki itu hilang di belakang rumah mereka. Untuk menyelidiki itu, mereka berdua sepakat untuk tidak ikut kegiatan ekstrakurikuler seusai pelajaran di sekolah. Mereka bertekad harus menemukan jawaban teka-teki tentang dua bekas tapak kaki misterius itu. Siang menjelang sore itu, Daffa dan Anto bersembunyi di balik pot tembikar besar dan ditanami rerimbunan pakis yang ada di teras rumah. Mereka mengamati apa yang akan terjadi di halaman samping rumah. Dan, oh!! Anto dan Daffa terkejut dan saling berpandangan mata saat tak lama kemudian melihat sesuatu memasuki halaman rumah mereka, menerobos masuk pintu pagar yang tidak terkunci. Teman-Teman, tahukah kalian apa yang dilihat oleh Daffa dan Anto sehingga membuat mereka terkejut itu? Pasti kalian penasaran, kan? Kalian bisa menemukan jawabannya di dalam buku kumpulan cerpen anak ini. Selain cerita tersebut di atas, di dalam buku ini masih banyaaaakkk cerita anak yang juga keren dan bikin penasaran. Kalian pasti suka, deh, sama cerita-ceritanya. Selamat membaca kisah-kisah serunya, ya!
Buku Dalam cerita ini, dua anak, Anto dan Daffa, menemukan jejak kaki misterius di halaman samping rumah mereka. Jejak itu memicu rasa penasaran mereka, terutama karena keanehan bentuk kaki yang tidak simetris dan jejak yang jelas terlihat di tanah merah yang basah akibat hujan. Mereka memutuskan untuk menyelidiki siapa pemilik jejak tersebut. Dengan antusiasme dan semangat sebagai "detektif kecil-kecilan", keduanya mengawasi halaman rumah mereka setiap hari, berharap bisa melihat orang yang melewati jalan tersebut. Akhirnya, mereka berhasil bertemu dengan pemilik jejak tersebut, seorang anak laki-laki yang sedang menjual koran. Awalnya, Anto dan Daffa curiga bahwa anak itu adalah pencuri, tetapi setelah mengetahui bahwa anak itu hanya numpang lewat karena jalan raya terlalu jauh dan menanjak, mereka merasa iba. Cerita ini menggambarkan perjalanan penelusuran kebenaran, rasa penasaran, dan kepedulian anak-anak terhadap orang lain.