Bahasa

Menyibak Tirai Sastra

Keberadaan sastra melekat dalam kehidupan manusia. Hakekatnya manusia tidak pernah lepas dari kegiatan bersastra. Setiap langkah dan kegiatan yang dilakukan, selalu mengandung unsur-unsur sastra, baik disadari maupun tidak. Ketika seorang ibu akan menidurkan ankanya, pak tani membajak sawah atau hendak memanen hasil sawahnya,dukun mengobati orang sakit,pembuat tuak mengetuk nira,mereka mengucapkan untaian kata-kata yang indah dan merdu,rima beraturan,gema berulang-ulang yang terdengar indah dan seolah-olah bersatu dengan alam. Bunyi-bunyi yang diucapkan tersebut meskipun tidak disadari oleh pelakunya sebagai perilaku bersastra, atau dengan kata lain pelaku tidak menganggap perilakunya kegiatan bersastra,tetapi dalam kenyataan merek telah melakukan bagian dari kegiatan bersastra. Seorang penyair juga cerpenis ternama berkebangsaan Amerika, Edgar Allan Poe,melontarkan pernyataan bahwa sastra itu berfungsi untuk menghibur,dan mengajarkan sesuatu. Demikian pula Horace, seorang berkebangsaan Yunani, mengemukakan bahwa sastra itu artinya indah dan berguna. Indah yang dimaksud adalah mengandung unsur kesenangan batin, dan berguna untuk memberikan ilham kepada manusia dan kehidupannya. Sebuah karya sastra besar menyuguhkan kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran-kebenaran dalma hidup ini. Seseorang yang mampu menghayati sastra, di dalam dirinya akan tumbuh kepekaan terhadap alam sekitarnya.Juga dengan menghayati sastra, kepedulian dan rasa kasih sayang terhadap alam sekitar dapat dipupuk dan dikembangkan. Bahkan,dengan penghayatan sastra,kesanggupan batin kita untuk menghayati kehidupan dan tatanilai di tengah-tengah masyarakat dapat diperankan. Pendeknya, sastra mampu memberi pengaruh terhadpa cara berpikir seseorang mengenai hidup,serta mampu memahami dan menghayati segala warna kehidupan. Lewat sastra pula dunia dipandang sebagai taman surga yang indah dan menawan.

Untuk membaca, silahkan unduh aplikasi di bawah ini: