Tok … Tok … Tok …! Saat ini sudah pukul sebelas malam, dan Oden belum juga bisa tidur. Ia masih teringat kata-kata Lifli yang cerewet itu. Lifli tadi bilang kalau rumah yang ia tinggali berhantu. ”Cuma dahan pohon ... dahan pohon,” yakin Oden. Tok! Tok! Tok! Bunyi itu kembali terdengar. Oden bangkit. Kalau ia tidak melihat dengan mata kepala sendiri bahwa bunyi itu memang disebabkan dahan pohon, ia tak akan bisa tidur. Setelah memberanikan diri, ia membuka jendela kamarnya. ”Hai, namaku Fiam!” sapa anak berwajah pucat, tepat di depan jendela kamar yang terbuka. Oden membeku sekejap. Sampai ia kembali menemukan suaranya. ”HANTUUU!” teriaknya keras-keras.
Buku Di tengah kehidupan yang penuh misteri, Fiam, seorang hantu yang unik dan aneh, menghadapi tantangan dalam mencari tempat tinggal yang nyaman. Dengan tubuh yang mengeluarkan aroma manis seperti permen karet dan rambut yang berdiri seperti tersengat listrik, Fiam tidak hanya berbeda dari hantu-hantu pada umumnya, tetapi juga memiliki masalah pribadi yang membuatnya merasa kesepian dan tidak dianggap. Dalam perjalanan mencari pengakuan dan tempat berlindung, Fiam bertemu dengan keluarga hantu yang misterius, termasuk ayahnya yang bernama Tuan Gill, seorang hantu dengan gigi taring palsu yang terlihat menakutkan namun sebenarnya ramah ketika tersenyum. Buku ini menggambarkan petualangan Fiam dalam menghadapi tantangan sehari-hari, mulai dari masakan yang menggugah selera yang dibuat oleh Nyonya Ilma, sampai kehidupan di rumah yang ditinggalkan dan penuh misteri. Selain itu, Fiam juga berhadapan dengan teman-temannya yang sering mempermalukan dirinya, seperti Sig dan Mund, yang membuatnya semakin frustrasi. Dalam perjalanan ini, Fiam belajar bahwa meskipun ia adalah hantu, ia memiliki perasaan, keinginan, dan kebutuhan untuk diterima. Dengan cerita yang mengalir alami dan dibalut atmosfer misteri serta kehangatan, buku ini mengajak pembaca untuk memahami bahwa setiap makhluk, meskipun berbeda, memiliki hak untuk dicintai dan dihargai.