Dalam berteman, kamu harus menunjukan sikap sopan santun. Dengan demikian, kamu dapat dihargai dan disukai oleh teman-temanmu. Buku Satu Musuh Terlalu Banyak mengisahkan tentang Ado yang tampak gelisah. Ado mengusap keringat di tangan ke celannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi mengikuti pelajaran. Bu Lusi menanyainya, tapi Ado tidak berani berterus terang. Bu Lusi menawarkan tisu. dengan ragu Ado berjalan menuju meja guru. Tiba-tiba, kaki Ado menabrak bangku Bimbim yang duduk di barisan paling depan. Bimbim tersentak kaget. Bu Lusi meminta Bimbim untuk memaafkan Ado yang sedang tidak fokus. Apa yang Ado lakukan selanjutnya? sikap apa yang ia tunjukan? temukan dalam cerita yang ada di buku ini, kemudian praktikkan, ya!
Dalam cerita *Satu Musuh Terlalu Banyak*, Ado, seorang murid kelas 5A, mengalami masalah karena pernah terlibat dalam perkelahian dengan Ronald, seorang murid kelas 5B. Peristiwa itu membuat Ado merasa gelisah, takut, dan kesal, sehingga ia sulit fokus dalam belajar. Meski Ado bukan anak yang suka menyakiti orang lain, ia juga tidak bisa diam saja ketika dirinya disakiti. Namun, karena takut dihukum, ia memilih untuk tidak bercerita pada Bu Lusi, wali kelasnya. Dalam pertemuan dengan Bu Lusi, Ado akhirnya menceritakan kejadian yang terjadi. Bu Lusi memberi nasihat bahwa memiliki musuh adalah hal yang tidak nyaman dan bisa mengganggu ketenangan belajar. Dengan bantuan Bu Lusi, Ado dan Ronald berusaha memperbaiki hubungan mereka, meminta maaf, dan mengingatkan bahwa bermusuhan hanya akan membuat mereka merasa tidak nyaman dan capek. Cerita ini mengajarkan pentingnya sikap santun, keberanian mengakui kesalahan, serta pentingnya menjaga hubungan baik dengan teman sebaya. Dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami, buku ini menggambarkan proses pertumbuhan emosional seorang anak dalam menghadapi konflik dan belajar untuk hidup rukun bersama.