Makan malam terhidang, Bibi Minah sudah tuntas menyiapkannya sepuluh menit yang lalu. Tahu dan tempe goreng masih hangat tertata di piring. Kerupuk udang tersedia setengah toples besar dan aroma gulai ayam benarbenar membangkitkan selera makan. Papa dan mama duduk bersebelahan. Mula-mula papa mengambil nasi beserta gulai ayam, kemudian mama melakukan hal yang sama. Tetapi ketika mama mempersilakan Kiki, ia hanya diam tampak malas. “Kiki, mengapa sepertinya kamu kurang bernafsu?” Papa bertanya. “Biasanya kamu makan lahap sekali. Kalau kamu makan tidak teratur, perutmu akan sakit.” Kiki diam. Dari raut wajahnya, tampak sekali ada sesuatu yang sedang dipikirkan. Dagunya bertumpu pada dua tangan. Ia hanya memandangi piring di depannya yang masih kosong ketika mama datang mendekat. “Badanmu baik-baik saja,” katanya seraya menempelkan punggung tangan pada kening Kiki. “Ada apa? Barangkali kamu habis bertengkar dengan kawanmu?” Ia menggeleng. Mama masih menebak-nebak penyebabnya.