“Ayo, cepat! Pergi!... Pergi! .... Ada kerbau mengamuk! Ada kerbau mengamuk!....” teriak beberapa anak beramairamai seraya terus berlari-lari ke arah mana saja yang aman. Hingga mereka berhenti di bawah sebatang pohon mangga besar yang tumbuh rindang di tepi sebuah sungai kecil. Wajah-wajah mereka kelihatan penuh ketakutan yang mendalam. Sementara pada dahi-dahi mereka mendadak terbit peluh berbintik-bintik tampak berkilatan tertimpa cahaya matahari siang yang garang. Napas pun terengahengah dan tubuh terasa lunglai kelelahan. Tapi malah salah seorang dari mereka tiba-tiba seperti teringat sesuatu sehingga teman-temannya menaruh curiga. “Ada apa, Cang?” tanya seorang anak terhadap anak yang dicurigai. “Anak yang dipanggil ‘Cang’ karena lengkapnya dinamakan ‘si Pincang”. Ia memang selalu berjalan terpincang-pincang disebabkan sebelah kakinya cacat