suara ayam jantan berkokok sudah terdengar bersahut-sahutan, pertanda malam sudah bersalin pagi. Sebentar lagi kesunyian akan segera berganti dengan kesibukan orang-orang yang menyambut datangnya hari baru. Argo membuka mata dengan enggan ketika Emak mengguncang-guncang tubuhnya. “Bangun Le, sudah jam setengah lima.” “Iya Mak, sebentar lagi. Argo masih ngantuk,” ia menaikkan sarungnya hingga menutup punggung dan dada lalu meringkuk seperti ebi. “Lho, nanti Emak bisa kesiangan sampai di pasar,” kata Emak masih duduk di dipan tempat Argo tidur. Dipan yang hanya ditutup dengan tikar tanpa kasur. Argo molet lagi. Dipan itu berkeriut. Emak masih memandangi Argo, anak lelaki satu-satunya.