Di suatu desa bernama Bulakelor, dalam wilayah Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Di pinggir sudut kampung berbatas sawah menghampar luas, berdiri sebuah rumah kecil berdinding bambu beratap daun ilalang. Angin sawah yang basah air musim hujan selalu bertiup di sini. Kadang terasa lembut seperti belaian tangan ibu di rambut kepala anak tercinta. Kadang demikian kencang terdengar gemuruh menderu seperti derap kaki-kaki kuda perang. Pohon-pohon menggeliat hendak tumbang, daun-daunnya berlomba berguguran. Kecemasan membayang, beberapa saat kemudian rumah kecil beratap daun ilalang itu akan roboh. Bila hujan mulai turun dan angin menjadi jinak, rumah kecil kelihatan makin kusut. Atap ilalangnya yang lapuk terjurai acak-acakan seperti rambut anak gembel, air hujan pun bercucuran di sana-sini melalui liang-liang atap yang tiris. Lantai tanah menjadi basah, lembab, menambah dingin terasa kian mencekam.