Mata yang indah, kini sembab. Mata yang bening, dipenuhi awan hitam. Mengalirkan luka, memenuhi hati dan jiwa. Mentari berdiri di depan panti asuhan. Di kota yang sangat asing. Ia terbuang karena virus HIV. Keluarganya kehilangan kekerabatan dan nurani. Tuhan, kemana kaki ini akan melangkah. Mengapa jalanku penuh onak dan duri. Tuhan, aku masih sangat kecil. Usiaku baru tiga belas tahun. Mengapa diskriminasi melukaiku. Kutatap lagi panti asuhan yang berdiri megah. Hingga kuputuskan berjalan masuk. Aku tidak punya pilihan, perutku lapar, tenggorokanku kering. Kulitku terpanggang matahari. Aku butuh tempat berteduh, aku harus tetap hidup. Stigma membuat Mentari memutuskan pergi. Kemana, ia tidak tahu