Dari samudra politik Indonesia yang menggelora pascareformasi 1998, lahirlah seorang anak muda bernama Anas Urbaningrum. Ada yang mengibaratkan sosoknya seperti paradoks di panggung politik: selalu tenang, nyaris dingin, dalam situasi politik yang riuh rendah, bahkan mendidih sekalipun. Ada pula yang meragukan kapasitasnya karena dipandang tidak ”berpotongan politikus tangguh”.