DI suatu pagi Januari lalu, saya memulai “serial” perbincangan dengan Bryan Tilaar di Executive Lounge Garuda, Soekarno-Hatta, Jakarta. Kami akan terbang dengan rute yang sama, Jakarta- Denpasar. Dia ke Bali menghadiri peresmian gerai baru PT Martina Berto di kawasan Kuta. Saya ke Bali untuk mewawancarai dia—setelah dua pekan lebih kami tak berhasil menyisihkan waktu untuk berbincang di Jakarta.