Umum

Melawan Main Gebuk Terhadap Jurnalis

Generated by AI ✨

Deskripsi Buku

Buku Buku ini menggambarkan kisah dramatis dan penuh perasaan dari Ferry Santoro, seorang kamerawan RCTI yang disandera oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 29 Juni 2003. Dalam penyanderaan yang berlangsung selama hampir setahun, Ferry mengalami perubahan fisik dan psikologis yang signifikan. Berat badannya turun hingga 22 kilogram, wajahnya terlihat makin cekung dan gelap, dan kondisi tubuhnya terus memburuk. Meski mengalami hari-hari yang menegangkan dan berisiko, Ferry tetap mempertahankan sense of humor yang tinggi, yang terlihat dari ucapannya bahwa jika Aceh merdeka, ia bisa ke sana tanpa paspor. Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama di tengah hutan Aceh, Ferry akhirnya kembali ke keluarganya. Dalam momen kemenangan yang penuh haru, ia berjumpa kembali dengan istrinya, Mayawati, dan anak semata wayangnya, Muhammad Ferdian Santoro, yang baru berusia 6 tahun. Ferdian, yang kerap bergelayut manja di pangkuan ayahnya, hanya mau makan bila disuapi oleh Ferry, dan setelah makan, ia merengek agar ayahnya mengelolonya di kamar tidur. Kisah ini tidak hanya menggambarkan perjuangan Ferry selama penyanderaan, tetapi juga mengungkapkan kekuatan rasa cinta dan kepedulian seorang ayah terhadap anaknya. Selain kisah Ferry, buku ini juga membahas pentingnya literasi dan akses informasi dalam era digital. Penulis menyoroti peran e-book dalam meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, terutama melalui media smartphone. Buku ini juga menyoroti tantangan dan peluang dalam meningkatkan literasi nasional, serta pentingnya mengembangkan konten digital yang ramah dan menarik bagi pengguna smartphone. Dengan pendekatan yang menggabungkan narasi kisah nyata dan analisis sosial, buku ini menjadi referensi yang relevan dan bermakna untuk pembaca yang peduli pada isu literasi, teknologi, dan kisah inspiratif.