Ketika sebuah rasa membuatku pilu dan sendiri, kesepian, kesunyian menjadi sahabat karibku. Tetapi semua berubah ketika Tristan hadir di hidupku, menyita perhatian hingga kepercayaanku dalam waktu yang singkat. Namun, Adrian menjadi alasanku berada dalam sebuah kesalahan. "Ara...!" Suara yang tak asing itu terus memanggil namaku. Aku mohon jangan terus memanggil namaku. Jangan masuk terlalu dalam dalam hidupku, dan jangan memercayaiku lebih dari ini. Aku ... takut mengecewakanmu. Sebab, aku mungkin orang yang paling sering bertemu dengan kekecewaan. Kata Hati dan Pikiran yang tak bisa menyatu, mengungkapkan "Kejujuran" yang bisa membuat "Kepercayaan" berdiri kokoh atau bahkan pergi menjauh. - Ayu Milinda
Buku ini menggambarkan perjalanan emosional seorang penulis yang mengalami kehilangan kepercayaan setelah mengalami pengkhianatan yang mendalam. Dalam tulisan ini, kepercayaan diibaratkan sebagai sebuah pohon yang tumbuh dan berkembang melalui perbuatan baik, kata-kata manis, dan kenyamanan di hati. Namun, ketika parasit yang membawa janji manis datang, pohon itu perlahan hancur dan tumbang akibat kebohongan dan pengkhianatan. Kisah ini juga menggambarkan rasa rindu yang mendalam, kekecewaan, dan harapan yang tak pernah berhenti. Penulis menyampaikan bahwa kepercayaan adalah hal yang tidak mudah diberikan, namun juga bisa terenggut tanpa peringatan. Melalui tulisan ini, penulis berusaha mengingatkan pembaca tentang pentingnya menjaga kepercayaan, sekaligus menggambarkan perjalanan pemulihan diri setelah kehilangan kepercayaan yang begitu berat. Dengan bahasa yang puitis dan penuh makna, buku ini menjadi refleksi tentang kepercayaan, kehilangan, dan harapan yang terus mengalir dalam hati manusia.