Mencintai seseorang dalam diam itu menyakitkan. Ara mengungkapkannya walau yakin apa jawaban Alvin. Tak mengapa. Ia hanya ingin melepas lelahnya cinta bertepuk sebelah tangan. Sampai akhirnya Alvin terlambat menyadari hatinya. Ara sudah mencintai Rendy. Perjalanan cinta segitiga itu menjelaskan, di mana seharusnya hati berada. Namun, semua berubah ketika Ara tahu keadaannya. Mencintai dan dicintai kini tak seindah bayangannya. Ia tak ingin melukai siapa pun, juga hatinya. Melupakan orang yang sangat mencintainya mungkin lebih baik bagi Ara. Tapi, kenyataannya tak semudah itu. Hingga ia pasrah, ke mana Tuhan akan melabuhkan hidupnya. Menyerah pada vonis? Atau mengikuti hati kecilnya?
Buku Ara, seorang mahasiswi di Fakultas Ekonomi yang sedang menjalani semester akhir, bekerja paruh waktu di Memory Café untuk membantu ibunya yang bekerja sebagai penjahit dan biaya sekolah adiknya yang masih duduk di SMP kelas 1. Dalam kesibukannya, ia sering kali merasa lelah, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional. Di tengah rutinitasnya, ia bertemu dengan Alvin, seorang pengajar musik yang tinggal di kontrakan. Alvin juga bekerja paruh waktu di kafe yang sama, dan keduanya memiliki hubungan yang lebih dari sekadar sahabat. Ara memiliki perasaan yang tak terbalas terhadap Alvin, namun ia terus berusaha menahan diri. Cerita ini menggambarkan perasaan cinta yang tak terbalas, kesibukan hidup seorang mahasiswi, dan upaya untuk menyeimbangkan antara tuntutan akademik, pekerjaan, dan hubungan personal. Dalam prosesnya, Ara belajar untuk menghadapi tantangan hidup, menjaga hubungan dengan keluarga, dan mencari jalan untuk mengejar impian. Buku ini menggambarkan kehidupan seorang remaja yang sedang berkembang, penuh dengan emosi, harapan, dan keputusan yang berat.