“ … Telah Kucabut ruh dan mukjizat al-Quran dan telah Kuhapuskan agama Islam dari sisi-Ku…,” kata Lia Eden, pemimpin agama Salamullah yang mengaku sebagai perwakilan Jibril di dunia. “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan kepada Allah dan saya bersaksi bahwa Masih al-Mau''ud sebagai Rasul Allah,” seru pengikut al-Qiyadah al-Islamiah yang mengimani Ahmad Moshaddeq sebagai rasul. Salamullah dan al-Qiyadah al-Islamiah hanyalah segelintir contoh dari aliran-aliran yang ajarannya dinilai menyimpang dari ajaran agama. Belakangan ini, di Indonesia telah muncul banyak aliran-aliran sejenis yang masing-masing diikuti kemunculan para “nabi”. Fenomena ini dinilai meresahkan karena meng-hadirkan spekulasi-spekulasi untuk mencari tahu tentang kemunculan mereka yang begitu beruntun. Adakah keterlibatan pihak ketiga (baca: pihak asing) dalam kelahiran aliran-aliran sesat di negeri ini? Ataukah formalitas dan pengkultusan lembaga agama yang terlalu berlebihan telah menghadirkan kejenuhan bagi para pemeluk agama? Buku ini berisi tentang riwayat aliran-aliran yang dianggap sesat di Indonesia, dari al-Qiyadah al-Islamiah dengan “rasul”-nya Ahmad Moshaddeq, Kerajaan Eden Salamullah, Ahmadiyyah yang meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai Isa al-Masih, hingga Gereja Setan yang mencari pengantin wanita bagi Lucifer, Children of God (Anak Allah) dengan “seks bebas”-nya, juga termasuk Komunitas Dayak Hindu-Buddha Bumi Segandu yang dianggap memuja alam. Selain aliran-aliran tersebut, juga dipaparkan riwayat aliran-aliran lain lengkap dengan sisi kontroversi ajarannya serta alasan para pendirinya membangun sebuah aliran kepercayaan baru dan mengangkat diri mereka sendiri sebagai “nabi” atau “mesiah” (penyelamat) bagi umatnya.