Dengan puisi, aku mengenangKeabadian yang akan datang(Dengan Puisi, Aku – Taufiq Ismail) Tiada yang lebih indah, selain menyapa musim-musim yang datang dan berlalu. Menuliskan keindahan yang telah Tuhan berikan. Lewat sabda kasih, kidung angin dan untaian cantara yang terbentang panjang. Menjadi memorabilia di sudut waktu, kuartal napas yang semakin bertemu.Dengan sejuta panas, langit tersenyum, dedaunan merimbun. Datanglah gugur dengan langit berkabut dan ricik sungainya yang menyepi; di mana siang hari berlalu dengan cepat, senja temaram dan hari semakin silam. Daun berserakan sampai di mana musim dingin datang. Pinus terselimuti embun tebal, salju menjelma ancala seputih kapas dan tupai meraung dalam ruang. Hingga sampai di mana mentari bosan terlelap. Arunika berpendar, tubuh kembali hilir mudik. Menikmati tunas yang bertamu, sekuntum bunga mekar dalam kausa dan jutaan senyum menjelma hangat tak terkira.