<p>Maroko merupakan salah satu kiblat cahaya ilmu pada masa lampau. Dengan <em>Jami’ah</em> Al-Qorowiyyin dan <em>Madrassa</em> ben Youssuf sebagai bintang utama, dalam waktu dekat Maroko mampu menyaingi pesona Baghdad dan Cordoba dalam bidang ilmu pengetahuan. Masa kini, Maroko menjadi kiblat dan salah satu tujuan menuntut ilmu agama Islam bagi mahasiswa dari seluruh penjuru dunia. Tak ketinggalan, Ulama-ulama Maroko kerap dijadikan sebagai referensi khususnya di bidang moderasi Islam.</p> <p>Selama empat tahun lebih tinggal di Maroko, saya menemukan ragam tradisi yang menarik di kalangan masyarakat. Bagaimana euforia mereka dalam melakukan sholat jama’ah di masjid, menghafal Al-qur’an dengan cara yang menarik, serta kebiasaan-kebiasaan unik lagi bermanfaat lainnya.</p> <p>Salah satu perbedaan corak Islam di Maroko dengan Indonesia adalah perihal pengamalan mazhab fikih. Kita di Indonesia masyhur dan mayoritas beramal dengan fikih mazhab Syafi’i, sementara di Maroko santer dengan mazhab Maliki. Walaupun begitu, pembelajaran fikih <em>muqoronah</em> (perbandingan) tetap menjadi tumpuan. Dalam buku ini saya menampilkan studi kasus perbedaan antara mazhab Syafi’i dengan mazhab Maliki di beberapa contoh ibadah, berikut dengan cerita yang saya alami.</p> <p>Selanjutnya, saya juga membagikan pengalaman belajar beberapa bulan di pondok pesantren tua yang terletak di pelosok selatan Maroko. Madrasah Ighdi yang berumur lebih dari 700 tahun ini telah melahirkan tokoh-tokoh ulama di Maroko.</p> <p>Pada bagian akhir, saya menjelaskan tentang betapa kayanya Maroko dengan sejarah. Cerita-cerita tentang objek wisata fenomenal di tanah magribi ini saya sajikan dengan <em>experience narative, </em>mulai dari kota Tangier, Fes, Rabat, Casablanca sampai Marrakech.</p>
Buku ini menggambarkan perjalanan dan pengalaman penulis, Ziyan Al Ghifari, dalam menjelajahi dan memahami Islam serta keilmuan di Maroko. Dalam buku ini, penulis menyajikan studi kasus perbedaan antara mazhab Syafi’i dan Mazhab Maliki dalam beberapa contoh ibadah, serta menceritakan pengalaman belajarnya di sebuah pondok pesantren tua yang berusia lebih dari 700 tahun, yaitu Madrasah Ighdi, yang telah melahirkan tokoh-tokoh ulama di Maroko. Selain itu, buku ini juga menggambarkan kekayaan sejarah dan budaya Maroko melalui cerita-cerita tentang objek wisata fenomenal di wilayah Maghrib, seperti kota Tangier, Fes, Rabat, Casablanca, dan Marrakech. Buku ini merupakan bentuk dokumentasi pengalaman penulis di tanah Maroko, yang diharapkan dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi pembaca, khususnya bagi para pelajar dan penikmat cerita.