Suara-suara itu terdengar sangat mengerikan. Bisik-bisik di dalam kepalaku, terdengar semakin jelas. Awalnya, terdengar seperti gumaman, tapi kini, suara-suara itu semakin kencang, teramat bising dan memilukan, meski tak tampak sosok yang bersuara. Hanya aku dan kegaduhan yang semena-mena. ;Kau bisa mendengarku? Suara itu membisik ke telingaku. Terdengar jelas, namun serak dan basah. ;Ya, aku mendengarmu, balasku. ;Tapi kau tak bisa melihatku, kata suara itu. ;Persetan. Itu bukan urusanku! Siapa pun kamu dan apa pun kamu, aku tak peduli! Bentakku. ;Kalau cuma hantu, atau iblis sekalipun, aku tidak takut! Kau dengar itu? Aku tidak takut! Seketika, dinding-dinding di sekitarku seolah bergetar. Suara-suara jeritan malam semakin jelas terdengar. Lantai-lantai seolah berguncang menimbulkan suara derak tak beraturan. Namun, aku bergeming, tetap tenang dan tetap terdiam di atas kursi goyang sembari mencengkeram menahan guncangan. Aku menyapukan pandangan ke sekeliling rumahku, seolah dinding-dinding bergerak-gerak sembari menatapku dengan benci.