Inflamasi merupakan sistem pertahanan yang secara luas didefinisikan sebagai respon nonspesifik terhadap kerusakan jaringan dan digunakan oleh sistem imun bawaan dan adaptif untuk melawan berbagai patogen (Ashley et al., 2012). Inflamasi ditengarai oleh lima tanda klasik, yaitu rubor (kemerahan), calor (sensasi panas), tumor (pembengkakan), dolor (nyeri), dan functio laesa (hilangnya fungsi). Adapun sistem imun meliputi sel-sel serta antibodi dan protein komplemen di dalam sel, yang memediasi respon terhadap inflamasi, melalui dua aksi yaitu (1) meredakan stimulus inflamasi sekaligus (2) menginisiasi memori imunologi (Royer dan Armstrong, 2016). Peran dasar sistem imun adalah membedakan tubuh dari benda asing. Berbagai stimulan atau rangsangan sitokin proinflamasi, yaitu tumor necrosis factor (TNF)-? dan interleukin (IL)-1ß, pathogen-associated molecular patterns (PAMPs) atau damage-associated molecular patterns (DAMPs) akan berinteraksi dengan reseptornya untuk mengaktivasi faktor transkripsi nuclear factor-?-light-chain-enhancer of activated B cells (NF?B atau NF-kappaB) yang berada di sitoplasma sel (Hoesel dan Schmid, 2013).