“Nak…“ “Jadilah guru....” Andreas bersungguh-sungguh menyimak. “…Pekerjaan yang memang mulia. Kalau kau jadi guru, sejatinya kau sedang mengumpulkan cahaya-cahaya di dunia. Kelak cahaya itu akan menerangimu ke mana kau melangkah.” Ah Andreas senang bukan main. “Kemarin yang kau sebut masa lalu itu, biarlah menjadi lembaran cerita di mana kita sepenuhnya sudah tertoreh. Ingatlah, Nak! Waktu tak ubahnya deburan ombak, akan terus menggulung, mengikat, menyempit, mendekati, dan menyudutkan kepala kita.” Andreas hanya diam tak mengerti. Mendengar nasihat Nuliarsih, ia pasang telinga lebar-lebar. Kata demi kata terus berputar-putar dalam kepala Andreas. Nuliarsih tak tanggung-tanggung, ia jual semua perhiasan yang ia simpan sejak muda dulu. Bahkan Nuliarsih harus beradu cekcok dengan suaminya, Mukdari.
Buku Buku ini menghadirkan kumpulan cerpen yang menggambarkan kehidupan manusia dari berbagai perspektif, baik dalam bentuk percakapan sehari-hari, konflik sosial, maupun perasaan yang kompleks dan membutuhkan pemecahan. Cerita-cerita dalam buku ini dirancang untuk mendekatkan pembaca, dengan menghadirkan suasana dan emosi yang relevan dengan pengalaman hidup nyata. Penulis menggambarkan psikologi yang beragam, mulai dari sudut pandang remaja yang menggunakan dialog dan pilihan kata yang cenderung spontan, hingga psikologi orang dewasa yang lebih terstruktur dalam penyampaian ide. Dengan gaya bercerita yang penuh makna dan kemampuan untuk mengolah ide menjadi cerita yang menarik, buku ini menawarkan pengalaman membaca yang mendalam dan menginspirasi. Setiap cerita tidak hanya menceritakan kejadian, tetapi juga menggambarkan realitas yang tersembunyi di balik permukaan kehidupan sehari-hari.