Kita menduga permasalahan pendidikan ada pada guru, sehingga kita berupaya meningkatkan kualitas guru dengan berbagai pendidikan dan latihan (Diklat) guru. Sampai guru yang berharap dapat tunjangan profesi mesti lewat jalur portofolio, yang membuat sebagian guru sesak napas-stres. Terutama guru senior, apalagi dari daerah pedesaan. Atau kalau tidak, ikutilah Diklat PLPG, yang menghabiskan energi, waktu, dan dana. Bahkan, sekaligus memasung kreativitas guru. Diklat dikatakan menohok kreativitas guru. Karena banyak instruktur Diklat guru yang gemar memasukkan joke dalam ceramahnya, yang benar-benar merendahkan martabat guru. Malangnya, kebanyakan guru bergeming dengan sindirin kasar instrukturnya. Beberapa guru melibatkan diri dengan guyonan yang menciderai profesi guru. Seraya mereka menertawakan kekonyolan sebagai pendidik. Jadi, jamak pandangan streotif keguruan yang disampaikan instruktur di hadapan jamaah guru dan diyakini guru. Buku ini terdiri dari 4 bagian yakni, Bagian 1 Pendahuluan Bagian 2 Membela Guru pada Masa Mendikbud Mohammad Nuh (22 Oktober 2009–22 Oktober 2014). Di sini, terdapat 24 Artikel Opini Pembelaan Guru yang saya susun sesuai dengan tanggal pengiriman ke Koran Waspada Medan. Setiap Artikel dinomori dengan angka Arab agar mudah dihitung dibanding misalnya jika menggunakan angka Romawi atau huruf Alfabet Latin. Bagian 3 Membela Guru pada Masa Mendikbud Anies Baswedan (27 Oktober 2014–27 Juli 2016). Di sini terdiri atas, 26 Artikel Opini Pendidikan, pembelaan saya terhadap guru. Bagian 4 Membela Guru pada Masa Mendikbud Muhadjir Effendy (27 Juli 2016–sekarang 2017). Dalam hal ini, saya baru bisa menyusun sembilan Artikel Opini Pendidikan, pembelaan guru.
Buku Buku ini adalah refleksi dan pengalaman pribadi sang penulis, Abdul Hakim Siregar, seorang guru yang menggambarkan perjalanan emosional dan konfrontatif dalam dunia pendidikan Indonesia selama masa jabatan tiga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), yaitu Mohammad Nuh, Anies Baswedan, dan Muhadjir Effendy. Buku ini tidak hanya menjadi kumpulan tulisan-tulisan yang terbit di Harian Waspada, tetapi juga menjadi bentuk penolakan terhadap kritik dan saran yang dianggap mengurangi nilai karya sastra dan pemikiran yang diungkapkan oleh penulis. Dalam buku ini, penulis membahas berbagai aspek penting dalam dunia pendidikan, termasuk peran guru, tantangan dalam proses belajar-mengajar, serta konflik yang sering muncul antara pendidik dan pihak lain, termasuk keluarga dan masyarakat. Penulis juga menyampaikan kekecewaannya terhadap beberapa kebijakan pendidikan yang dianggap tidak mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan guru. Buku ini ditulis dengan niat untuk berkonfrontasi, bukan sekadar berkompromi. Penulis berharap melalui karya ini, pembaca dapat terlibat dalam dialog yang lebih tulus dan kritis terhadap isu-isu pendidikan. Dengan gaya penulisan yang emosional dan konfrontatif, buku ini menjadi pengingat bahwa pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang nilai-nilai, emosi, dan kejujuran dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh para pendidik di Indonesia.