Pemikiran Agustinus mengenai musik memiliki hubungan yang cukup erat dengan dunia musik saat ini, secara khusus dengan ibadah Kristen. Kekhawatirannya terhadap keindahan musik yang berpotensi mengalihkan jiwa manusia jauh dari sumber keindahan, yaitu Allah, tampaknya terjadi di sepanjang sejarah kehidupan gereja, bahkan sampai saat ini. Gereja masih memperdebatkan bagaimana dan dampak dari penggunaan musik, terutama musik kontemporer yang dianggap sebagai distraksi dalam ibadah sehingga Allah tidak menjadi pusat dalam ibadah, melainkan terlena dalam keindahan musik yang menimbulkan berbagai emosi dan ekspresi yang tidak patut. Lalu bagaimana gereja sebaiknya berespons terhadap hal ini? Dengan membuang semua alat musik band? Menggantikan semua lagu kontemporer menjadi himne? Atau ikut saja semua aliran dan musik instrumen populer saat ini? Buku ini akan mengajak pembaca melihat kembali perkembangan musik di dalam 400 tahun pertama kekristenan dan relevansi pandangan teologi Agustinus terhadap musik yang dapat menjadi alternatif pemikiran bagi gereja untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan lebih jauh memahami bagaimana sebaiknya menggunakan musik dalam ibadah.