Ketimpangan yang menganga, keadilan yang dipermainkan, serta panggung politik yang dipenuhi sandiwara murahan dan rekayasa, semua itu mengantarkan negeri ini pada lorong gelap yang seakan tak berujung. Mahasiswa kembali menggelar demonstrasi besar-besaran di berbagai pelosok negeri pada awal tahun 2025 ini. Ia adalah dentuman genta yang menandakan bahwa ada sesuatu yang genting, bahwa bangsa ini sedang berjalan tidak tegak. Mahasiswa, kaum muda yang hatinya belum tersandera kepentingan duniawi semata, meneriakkan fakta yang tak terbantahkan: negeri ini lebih berpihak pada kepentingan oligarki ketimbang rakyatnya. Namun, sejarah telah berkisah betapa banyak gelombang perjuangan yang meruak, hanya untuk kemudian meredup tanpa jejak. Akankah "Indonesia Gelap" berakhir dengan kisah serupa? Bisa jadi, jika perubahan yang hadir hanyalah tambal sulam, bukan perombakan mendasar yang mengubah haluan sejarah. Para pemuda yang di masa mudanya menggebu-gebu membela rakyat, namun setelah ikut menjabat ternyata juga sama saja?! Perlu diketahui, menurut Khalili Hasib, kegelapan yang dihadapi negeri ini bukanlah yang pertama kali menyelimuti Nusantara. Negeri ini telah berulang kali jatuh dalam kelam yang mencekam. Setidaknya, ada dua masa di mana kegelapan itu begitu pekat: pertama, sebelum Islam hadir menerangi tanah ini; dan kedua, kala penjajah datang membawa belenggu kegelapan.