Bekas yang di tinggalkan Membuatku pada keajaiban Dengan arti …. Dan dengan segala ikhtiar yang kupunya Kupasrahkan angan kita Mengembara Panggil saja Inang. Usianya yang belum genap 40 tahun. Selama ini dalam keseharian perempuan selalu tampil dengan busana muslimah. Seiring dengan kenyataan mudahnya Juragan Haji berangkat setiap tahun, Inang sulit mempercayai berita-berita yang berseliweran; biaya ONH yang terus membumbung. Berita lain menjerat First Travel dengan sangkaan kasus penipuan dan penggelapan uang puluhan ribu calon Jemaah haji dan umroh hingga menyulitkan orang-orang kecil untuk berangkat, ratusan jamaah yang batal karena masalah Quota, atau penipuan oleh biro haji tidak bertanggung jawab. Dimana ada keinginan, di sana ada jalan. Dimana tekad semakin membaja, rintangan tak akan menjadi penghalang, kesuksesan kian menjelang. “Uh, ini Cuma pameo atau apa sih?” Keyakinan Inang terhadap pepatah itu sudah luntur. Kata-kata itu harus segera direvisi, pikir Inang. Apapun itu, Inang ikhlas Allah memberikan yang terbaik untuknya. Karena Inang justru merasa jauh lebih kuat untuk lebih mendekatkan diri pada Allah. Inangpun semakin menyadari bahwa sesungguhnya dunia ini tak ada artinya sama sekali di banding keimanan dan ketenangan batin dalam mencintai-Nya. Ahad ini perempuan bertubuh pendek ini, dengan kulit legam itu terus mendengarkan. Sesosok tubuh mungil yang ada di depannya sesekali menggeliat. Mungkin karena udara panas yang menyenggat teramat sangat. Tidak lazimnya Inang kusyu seperti ini saat mendengarkan tauziyah. Tema tauziyah yang dikumandangkan sebenarnya bukan tema yang baru, tetapi disampaikan dengan sangat menyentuh. Tentang ibadah haji.