Ini tentang seorang ibu—yang tak ingin hanya sibuk mendidik, tapi juga ikut bertumbuh. Tentang suara hati seorang ibu yang tak pernah lelah menyeru pada kebaikan, meski seringkali hanya bergema di ruang sepi. Tentang doa-doa panjang yang tak terdengar siapa-siapa, tapi mengguncang langit. Tentang perjuangan melepas, menjemput, dan menuntun anak untuk tetap mencintai Al-Qur’an, meski badai datang silih berganti. Karena baginya, pendidikan bukan soal tempat, tapi tentang arah. Sang Muadzin adalah panggilan hati. Seruan lembut dari seorang ibu yang ingin anaknya tak hanya hafal Qur’an, tapi juga mampu memboncengnya ke surga.