Memasuki arena misiologi kontemporer ibarat melangkah ke dalam sebuah laboratorium di mana formula-formula lama diuji kembali di bawah kondisi yang sama sekali baru. Konsep-konsep yang dahulu dianggap baku, seperti pemisahan antara "ladang misi" dan "gereja pengutus", kini menjadi kabur (Niemandt, 2022). Arus migrasi global menjadikan setiap kota besar sebagai medan pertemuan antarbudaya dan antaragama. Revolusi digital Dr. Febriaman Lalaziduhu Harefa menciptakan sebuah benua baru tanpa batas geografis yang dihuni oleh miliaran jiwa. Isu-isu seperti krisis ekologi dan keadilan sosial tidak lagi dapat dipandang sebagai agenda sekunder, melainkan telah menjadi bagian integral dari kesaksian Injil itu sendiri