Lalu, bagaimana memenuhi kebutuhan pariwisata di tengah krisis kesehatan global? Konsep kesehatan pariwisata yang diterjemahkan melalui perbaikan infrastruktur destinasi wisata, kebijakan karantina, sertifikat CHSE, nyatanya belum cukup kuat untuk menghadapi ancaman kesehatan global. Dalam hal ini, penting sekali membangun persepsi wisatawan dan pelaku usaha wisata seperti agen travel dan pramuwisata, terkait risiko penyakit yang akan dijumpai saat berwisata. Pariwisata memiliki peran penting dalam menghadapi ancaman kesehatan global. Pandemi COVID-19 seharusnya menjadi titik balik dalam meningkatkan kualitas pariwisata. Isu kesehatan masyarakat menjadi aspek yang harus dihitung dalam tata kelola pariwisata. Indonesia, Sulawesi Selatan, dan Makassar sebagai area yang dirancang untuk menjadi destinasi wisata membutuhkan konsep penyelenggaran kesehatan pariwisata. Salah satunya adalah dengan memberdayakan pramuwisata sebagai promotor kesehatan. Beberapa literatur penelitian kesehatan pariwisata menunjukkan kolaborasi anatara kesehatan masyarakat dan pariwisata efektif mencegah travel diseases melalui pengedalian perilaku. Namun belum ditemukan studi untuk mengetahui sejauh mana peran pramuwisata dan mengukur potensi pramuwisata untuk terlibat dalam kesehatan pariwisata di Sulawesi Selatan. Sementara kebutuhan untuk menciptakan pariwisata yang aman dan sehat cukup mendesak dimasa sekarang dan masa akan datang. Buku ini menyajikan gagasan penguatan kesehatan global melalui tata kelola kesehatan masyarakat pada industri pariwisata berdasarkan persepsi pelaku wisata.