Buku “Dinasti Politik dan Implikasinya” disusun sebagai bentuk tang gung jawab intelektual dan moral sivitas akademika Program Studi Hukum Tata Negara (HTN) untuk mengkaji secara kritis salah satu gejala politik yang berkembang dalam demokrasi Indonesia, yaitu praktik dinasti politik. Fenomena dinasti politik, seyogyanya menjadi alarm bagi kualitas demo krasi kita. Dengan dalih popularitas, elektabilitas, bahkan “tradisi keluarga”. Kekuasaan menjadi pusaka yang diwariskan turun temurun. Masyarakat kita memang masih rentan terhadap pengaruh simbol, ketokohan dan nama besar keluarga bukan berdasarkan rekam jejak dan kapasitas. Namun, kesalahan terbesar bukan hanya pada rakyat semata, melainkan pada elit yang memiliki akses terhadap sumber daya negara. Oligarki sepantasnya tidak tamak, amanah haruslah menunjukkan keteladanan-bukan kerusakan. Dalam Surah An-Nisa ayat 58, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya….” Plato dalam The Republic menegaskan bahwa kehancuran negara terjadi ketika kekuasaan dipegang oleh mereka yang tidak memiliki kebijaksanaan, sementara Bung Hatta mengingatkan bahwa demokrasi tidak boleh menjadi jalan pintas menuju kekuasaan pribadi.