Novel

Carstenz

Raya Nurdianti (jurusan Geologi), Yusuf Wicaksana (jurusan Teknik Mesin), dan Saka Arimbawa (jurusan Desain Komunikasi Visual) disatukan oleh selembar poster Mapala yang bertuliskan: “Seven Summits Indonesia Challenge – Ekspedisi Mahasiswa 2026” dengan menampilkan sebuah peta kecil Indonesia dengan ikon tujuh gundukan. Gundukan tersebut memiliki nomor tersendiri dan menunjukkan sebuah lokasi, yaitu Rinjani, Semeru, Bukit Raya, Binaiya, Latimojong, Kerinci, dan sang Bintang (Cartenz Pyramid di Papua). Bagi mereka, jalan menuju Cartenz bukan sekadar siapa yang paling kuat, melainkan bagaimana setiap kekuatan diikat menjadi satu tali penolong. Rintangan yang mereka hadapi tidak hanya soal fisik atau ego pribadi, tetapi sudah merambah pada dompet minim mahasiswa maupun restu orang tua. Meskipun kelihatan sulit dan hampir mustahil, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi ekspektasi harga yang harus dibayarkan sebelum menuju puncak impian mereka. Rp112juta adalah anggaran yang mereka buat dengan mempertimbangkan banyak hal. Namun, jumlah itu sangat jauh dari saldo gabungan 7juta di rekening mahasiswa mereka. Harga itu terasa lebih tinggi ketimbang Headwall Cartenz. Meskipun begitu, banyak jalan menuju Roma dan perlahan mereka menemukannya bersama-sama. Pada akhirnya, puncak tertinggi bukan batu karst 4.884 meter, melainkan keberanian menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Untuk membaca, silahkan unduh aplikasi di bawah ini: