Berdasarkan survey yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI), diketahui bahwa usia muda berpotensi besar menjadi calon investor. Hal ini membuat BEI gencar melakukan pengenalan program "Yuk Nabung Saham" serta menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk mendirikan Galeri Investasi agar minat berinvestasi dikalangan mahasiswa sebagai investor baru semakin meningkat. Namun, tidak semua lapisan mahasiswa bisa mengenal dan mendapat pengetahuan dari program tersebut. Contohnya mahasiswa dari perguruan tinggi disiplin ilmu kesehatan. Mahasiswa tersebut tidak mendapatkan ilmu ekonomi atau bisnis secara formal di kuliah, sehingga tingkat pengetahuan literasi keuangan mereka akan berbeda dibanding dengan mahasiswa, dimana perguruan tingginya terdapat fakultas ekonomi atau bisnis. Selanjutnya dengan perubahan pesat di bidang teknologi, mahasiswa perguruan tinggi disiplin ilmu kesehatan dapat dengan mudah menjangkau informasi literasi keuangan sesuai kebutuhan mereka untuk berinvestasi. Namun, hal tersebut tidak diimbangi dengan kemahiran digital yang memadai untuk memulai berinvestasi karena mahasiswa dapat mengakses internet dan menggunakan handphone tidak serta merta berarti produktif. Ketidakmahiran dalam dunia digital berakhir dengan kurangnya minat mahasiswa disiplin ilmu kesehatan untuk berinvestasi.