Lingkungan

RUMAH TRANSISI SUB KOMUNAL RISHA SEMANGGI SURAKARTA

Permukiman kumuh diperkotaan menjadi fenomena yang sering ditemukan. Kondisi tersebut disebabkan karena rendahnya kemampuan masyarakat untuk menjangkau harga rumah yang ditawarkan, dan ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi prasyarat pembiayaan rumah melalui mekanisme pasar formal. Sehingga sebagian besar masyarakat memilih untuk membangun rumahnya secara mandiri yang berpotensi menjadi permukiman kumuh. Fenomena tersebut banyak dijumpai di beberapa kota besar di Indonesia, tak terkecuali di kota Surakata, salah satunya wilayah Semanggi. Konsep penataan yang sering dicanangkan pemerintah untuk penanganannya, diarahkan pada konsep pemugaran dan peremajaan permukiman. Oleh karena itu warga yang terdampak harus dipindahkan ke hunian sementara hingga proyek penataan selesai. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta untuk merespon dampak penataan tersebut adalah dengan membangun hunian sementara Sub Komunal RISHA Semanggi. Hunian Subkomunal dirancang dengan menerapkan konsep Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) dan dibangun menggunakan sistem modular. Hunian RISHA yang dibangun di Surakarta merupakan sebuah sistem hunian untuk menyediakan kelompok hunian secara vertikal dua lantai dengan tipe hunian 36 m2. Total unit yang dibangun sejumlah 56 unit hunian. Sistem konstruksi RISHA merupakan salah satu pilihan solusi pengadaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang mulai banyak diterapkan untuk penanganan permukiman kumuh dan padat di Indonesia. Buku ini mencoba mengungkap pengetahuan tentang preferensi hunian Warga Terdampak Proyek (WTP) dan pola perilaku pemanfaatan ruang di dalam kawasan hunian Sub komunal RISHA Semanggi. Pengetahuan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang perilaku pemanfaatan hunian transisi dengan modul RISHA.

Untuk membaca, silahkan unduh aplikasi di bawah ini: