Hidup Sora berubah sejak kakak lelakinya, Raya, dirawat di rumah sakit jiwa. Dia menilik ulang biografi keluarganya, menemukan bahwa akar permasalahannya adalah toksik maskulinitas dalam diri ayahnya yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan keluarga mereka sejak Sora dan Raya masih kanak-kanak. Bagai bandul yang terayun-ayun, Sora melakukan perbandingan antara sifat maskulin yang ditunjukkan Raya sejak remaja dan sifat feminin yang dia temukan dalam diri pemuda bernama Danna, kawan masa kecilnya. Bagi Sora, Danna adalah perwujudan ideal tentang kekuatan dan kelembutan yang dia dambakan sejak dulu. Tanpa ia sadari, dalam proses perbandingan itu, ia pun sedang mencari tempatnya sebagai seorang perempuan di antara kedua jenis lelaki itu.